Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Kamis, 13 Oktober 2011

Semut Rangrang, Alternatif Pembasmi Serangan Ulat Bulu



Serangan ribuan atau bahkan jutaan ulat bulu saat ini tidak hanya mengancam Probolinggo Jawa Timur. Serangan ulat bulu ternyata juga meluas di Jombang, Malang, Pasuruan, Kendal dan Banyuwangi. Bahkan saat ini di Banjarmasin, Bali, Bandung dan Jakartapun juga mulai dilaporkan peningkatan kasus tersebut. Namun peningkatan ulat bulu di luar Probolinggo masih dianggap normal meski berpotensi semakin meningkat. Penanganan yang dilakukan saat ini hanyalah penggunaan semprot hama. Dampak buruk penggunaan insektisida kimia tersebut bagi lingkungan juga tidak kalah mengganggu. Tampaknya pengalaman penggunaan predator semut merah (rangrang) bisa dilakukan karena mungkin sangat efektif, murah, aman  dan cepat. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut efektifitasnya.
Sampai saat ini pengendalian hanya memakai penyemprotan anti hama. Meski efektif tetapi dianggap tidak dapat mengatasi dengan cepat dan luas karena keterbatasan alat dan sarana serta luasnya jangkauan yang diserang.
Pengalaman dalam penanganan ulat bulu dengan pemberian predator semut rangrang cukup efektif meski dalam lingkup kecil. Dalam lingkup yang lebih besar harus dibuktikan dan diteliti lebih jauh. Tetapi sebelum dilakukan penelitian tidak ada salahnya dicoba mengingat serang ulat bulu sangat mendesak untuk ditangani segera.
Ulat bulu tersebut diduga spesiesnya adalah dari famili Lymantriidae. Bulu ulat itu menyebabkan iritasi pada permukaan kulit luar karena kandungan biokimia pada bagian ujungnya. Ganguan ini menyebabkan rasa gatal dan panas yang luar biasa pada kulit. Kulit terasa panas, gatal, bentol-bentol, dan kemerah-merahan. Rasa gatal itu jika tidak diobati bisa bertahan berjam-jam. Biasanya warga yang kena segera mengolesi bagian yang terkena gatal dengan abu tungku dapur, air garam, dan bedak.Saat batang dan ranting pohon diguncang angin, puluhan ulat bulu itu berjatuhan memenuhi sekiatarnya. Tidak hanya di halaman rumah, ulat bulu tu memenuhi dinding, pintu bahkan masuk ke rumah.
Ulat bulu tersebut berasal dari induk kupu-kupu migrasi dari daerah lain. Daerah Probolinggo di serang ulat bulu karena kondisinya cukup lembab sehingga memudahkan kupu-kupu bertelur dan melakukan metamorfosis.
Beberapa ahli mengatakan bahwa hama ulat bulu itu  adalah jenis baru yang belum pernah terekam keberadaannya di Indonesia. Dalam ranah konservasi biologi, hewan semacam itu terindikasi disebut sebagai spesies alien yang bisa berpengaruh terhadap ekosistem yang ada. Dalam kepustakaan hama tanaman mangga, hama jenis ini belum pernah tercatat. Meskipun demikian, hama ulat bulu tersebut adalah spesies baru.
Diperkirakan bahwa ulat bulu tersebut adalah spesies Lymantria marginata. Spesies tersebut dikenali dari motif sayapnya yang berbeda antara jantan dan betina saat dewasa. Jantan bersayap gelap, sedangkan betina bersayap putih berbintik. Beberapa ahli lain sempat menduga bahwa hama yang menyerang Probolinggoi tersebut adalah Dasychira inclusa.
Penyebab
Penyebab fenomena serangan ulat bulu sampai saat ini masih belum diketahui pasti penyebabnya. Penyebab utama diduga adalah terganggunya keseimbangan ekosistem di wiyah tersebut. Berbagai kemungkinan yang memicu gangguan ekosistem tersebut adalah pola jenis tumbuhan monokultur, hilangnya predator dan parasit, serta cuaca ekstrem menyebabkan populasi herbivora itu tak terkontrol
Penebangan pohon dan perburuan burung menjadi salah satu sebab jumlah burung pemakan ulat berkurang. Dampaknya adalah keseimbangan populasi ulat terganggu, diantaranya jumlahnya meningkat luar biasa..
Selain itu, serangan populasi ulat juga bisa dipicu kondisi cuaca ekstrim. Saat kondisi panas, kupu-kupu bertelur hingga ratusan butir. Saat hujan, telur tersebut menetas bersama-sama. Cuaca panas mendorong makhluk hidup melepaskan karbon dioksida dalam jumlah lebih besar. Karbon dioksida yang melimpah merangsang tanaman giat berfotosintesis. Dalam kondisi seperti itu Ulat akan menambah porsi makan.
Lebah tabuhan sebagai parasit ulat dapat sebagai predator mengontrol laju populasi ulat. Saat ini, populasi lebah kecil tersebut jauh berkurang karena ekosistemnya tertekan pertanian intensif. Lebah pengisap madu di rumput liar itu mati karena penggunaan pestisida antihama yang berlebihan. Pemakaian antihama berlebihan itu juga berperananan mengacaukan keseimbangan ekosistem. Pemekanan populasi ulat bula oleh adanya lebah tabuhan, lebih bermakna dibandingkan dengan hewan predator burung, yang memiliki sifat pemilih makanan. Selain itu adanya bulu-bulu pada ulat mengurangi selera makan burung.
Prediksi lain adalah salah satu penyebabnya pola tanam monokultur. Pola tanam itu menurunkan keanekaragaman hayati lingkungan. Dampaknya saat hewan dan tanaman pengendali spesies tertentu musnah, sebaiknya pola tanam dikembalikan ke heterogen. Tanaman heterogen lebih tahan serangan hama daripada monokultur. Memang beberapa laporan menyebutkan bahwa ulat bulu itu hanya makan daun mangga manalagi. Karena beberapa mangga arumanis tidak diusik, seperti jenis mangga manalagi.
Dugaan lain populasi pemangsa alami mereka, sejenis tawon, berkurang akibat terkena hujan hampir sepanjang tahun ini. Hal itu mengakibatkan populasi ulat bulu tidak terkontrol dan menjadi hama pengganggu.
Gangguan berbagai ekosistem tersebut menakibatkan ribuan ngengat menetas menjadi ulat-ulat yang bermigrasi dari wilayah selatan Kabupaten Probolinggo ke seluruh daerah sekitarnya. Sehingga timbullah ribuan bahkan jutaan ulat yang menyerbu perumahan warga.
Bila tidak ditangani dengan cepat maka ulat bulu ini pun bisa bermigrasi ke tempat lain. Sementara ini, penyemprotan obat adalah cara efektif untuk mengurangi populasi ulat. Hal lain yan meningkatkan predator seperti burung, lebah dan lainnya tidak bisa cepat dan tidak mudah. Penggunaan predator lain yang lebih mudah dan cepat dapat dipertimbangkan.
Semut Merah sebagai Predator
Semut rangrang (semut merah atauOecophylla smaragdina)) merupakan predator yang baik untuk pengendalian ulat bulu. Banyak sebutan untuk semut ini di antaranya semut rangrang, angkrang, semut merah, kranggan, semut kroto dan sebagainya. Akan tetapi yang lebih terkenal adalah kroto nya daripada nama semut hitam dan semut merah (rangrang). Selama ini semut memang dianggap mengganggu karena menyengat manusia. Tetapi serangga ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk predator membasmi hama khususnya ulat bulu. Pengalaman dengan lingkup yang kecil pernah diujicobakan ternyata hasilnya secara bermakna dapat menghilang ulat bulu. Perkembangbiakaan ulat bulu yang sangat dalam sekali bertelor bisa sampai 200-300 buah dibutuhkan predator yang juga banyak dan cepat berkembang biak. Semut merah adalah serangga yang tingkat perkembangbiakannya juga cepat. Sehingga bisa menangkal ulat bulu dengan cepat sesuai pola perkembanganbiakan ulat bulu. Dalam keadaan tertentu saat semut merah dapat melakukan fungsi predatornya terhadap ulat bulu maka keseimbangan semut merah juga tinggi. Tetapi untuk membasmi semut merah lebih mudah dan dengan musim hujan perkembangbiakkannya jadi terhambat.
Manusia telah menggunakan jasa mereka dalam perkebunan berabad-abad yang lalu. Tercatat, sekitar tahun 300 Masehi di Canton China, semut ini digunakan untuk mengusir hama pada tanaman jeruk. Orang mengambil sarang-sarang semut ini dari hutan, memperjualbelikannya, lalu meletakkannya di pohon-pohon jeruk jenis unggul. Teknik yang sama tetap dilakukan sampai abad ke-12, dan masih diterapkan di selatan China sampai saat ini. Di perkebunan kopi di Lampung, kita dapat menemukan koloni semut ini bersarang di daun-daun kopi. Ternyata, pada tanaman kopi yang ditempati sarang ini lebih baik keadaannya daripada tanaman yang tidak ditempati semut Rangrang. Produksi kopi pun jadi lebih meningkat.
Semut merah atau semut rangrang mudah ditemui di pepohonan sekeliling rumah. mereka membuat sarang dengan merangkai dedaunan menjadi buntalan yang tersebar di tajuk-tajuk pohon. Untuk meyebarkannya cukup dengan menaruh beberapa semut merah dalam satu pohon maka penyebarannya akan cepat apalagi bila terdapat bahan makanan untuk dimangsa seperti ulat atau kepompong yang banyak.
Ternyata para pakar serangga telah menggunakan jenis semut Rangrang di Ghana Afrika  untuk mengendalikan hama tanaman cokelat. Kehadiran semut ini ternyata mampu mengurangi dua macam penyakit serius yang disebabkan oleh virus dan jamur, yaitu dengan jalan menyerang dan membunuh kutu daun yang menjadi penyebar penyakit ini. Kutu daun sangat merugikan, karena menghisap cairan tanaman sekaligus memakan jaringannya. Cara pengendalian hama seperti ini kita kenal sebagai “biological control” dan ini merupakan contoh tertua dalam sejarah pertanian.

Penggunaan semut Rangrang sebagai biokontrol ternyata sudah dilakukan pula oleh sebagian penduduk Indonesia, meskipun tidak besar-besaran. Misalnya jika pohon jambu atau pohon mangga di pekarangan terserang hama, mereka akan memindahkan semut-semut Rangrang ke pohon tersebut.
Sebenarnya bukan itu saja manfaat yang diberikan semut Rangrang kepada manusia. Dengan sifatnya yang sangat peka terhadap perubahan udara, manusia dapat menggunakan semut ini sebagai indikator keadaan udara di suatu lingkungan.
Semut Rangrang menyukai lingkungan yang berudara bersih. Jangankan asap pabrik atau asap kendaraan bermotor, asap yang berasal dari pembakaran sampah di kebun saja dapat membuat mereka menyingkir. Tak heran, jika di Jakarta atau di kota-kota besar lainnya kita semakin sulit menemukan sarang mereka di pepohonan.
Adakalanya jarang pula kita mendapati mereka di daerah perkebunan. Karena sekarang pemberantasan hama dengan pestisida lebih banyak digunakan, sehingga bukan saja hama yang mati tetapi banyak serangga lain yang berguna turut terbunuh. Belum lagi perburuan yang dilakukan manusia terhadap semut Rangrang. Banyak orang mengambil sarang-sarang mereka untuk mendapatkan anak-anak Rangrang (“kroto”) sebagai makanan burung peliharaan. Tentunya hal ini akan menjadikan kian menyusutnya populasi semut Rangrang. Padahal keberadaan semut ini penting sebagai musuh alami serangga hama, sekaligus sebagai indikator biologis (hayati) terhadap kualitas udara di suatu daerah.

Serangga sosial ini membuat sarang di kanopi hutan-hutan tropis sampai kebun-kebun kopi maupun cokelat. Mereka membentuk koloni yang anggotanya bisa mencapai 500.000 ekor, terdiri atas ratu yang sangat besar, anak-anak, dan para pekerja merangkap prajurit. Semuanya betina, kecuali beberapa semut jantan yang berperan kecil dalam kehidupan koloni. Semut-semut jantan itu segera pergi jika telah dewasa untuk melangsungkan wedding fight yaitu terbang untuk mengawini sang ratu, lalu mereka tidak kembali lagi ke sarangnya.
Di antara anggota koloni, yang paling giat adalah kelompok pekerja. Mereka rajin mencari makan, membangun sarang, dan gigih melindungi wilayah mereka siang dan malam hari. Sekitar setiap satu menit, salah satu pekerja memuntahkan makanan cair ke dalam mulut ratu. Mereka menyuapi ratu dengan makanan yang telah dilunakkan sehingga memungkinkan sang ratu menghasilkan ratusan telur per hari. Jika ratu telah bertelur, para pekerja akan memindahkan telur-telur itu ke tempat yang terlindung, membersihkannya, dan memberi makan larva-larva halus jika telah menetas.
Semut Rangrang dikenal pula sebagai senyum penganyam, karena cara mereka membuat sarang seperti orang membuat anyaman. Sarang mereka terbuat dari beberapa helai daun yang dilekukkan dan dikaitkan bersama-sama membentuk ruang-ruang yang rumit dan menyerupai kemah. Dedaunan itu mereka tarik ke suatu arah, lalu dihubungkan dengan benang-benang halus yang diambil dari larva mereka sendiri. Para pekerja bergerak bolak-balik dari satu daun ke daun lainnya membentuk anyaman.
Makhluk asing yang mencoba menyusup ke daerah sarang, akan mereka halau dengan sengatan asam format yang keluar dari kelenjar racun mereka. Kalau semut jenis lain sengaja membiarkan bahkan memelihara kutu daun hidup dalam wilayah kekuasaan mereka, maka semut Rangrang justru sebaliknya. Mereka berusaha mati-matian menyingkirkan serangga lain yang hidup pada pohon tempat sarang mereka berada. Oleh karena itu, jika kita membedah sarang mereka seringkali kita menemukan bangkai kumbang atau serangga lain yang lebih besar dari semut ini.
Itulah keistimewaan yang dimiliki semut Rangrang sehingga membuat mereka memegang arti penting dalam pengendalian hama secara alami. Cukup sederhana, namun tidak berisiko terhadap lingkungan seperti halnya jika kita menggunakan insektisida kimia.

Semut ternyata mempunyai semacam kelenjar yang menghasilkan cairan khusus yang digunakan untuk menandai wilayah mereka. Kelenjar itu disebut kelenjar dubur. Cairan khusus yang dihasilkannya (disebut pheromone) mereka sapukan ke tanah dan hanya para anggota sarang saja yang dapat mengenali baunya. Jadi semut penganyam ini menggunakan pesan kimiawi untuk menuntut rekan satu sarang menuju daerah baru mereka.
Bau itu tidak hanya mereka tinggalkan ketika mencari daerah baru dan ketika mempertahankannya, tetapi juga digunakan saat mereka mencari makan. Jika seekor semut menemukan makanan, dia akan mengerahkan teman-temannya untuk mengangkuti makanan itu ke sarang. Kelenjar duburnya akan meninggalkan jejak bau di sepanjang jalan antara sarang dan lokasi temuan itu. Ketika berpapasan dengan temannya, semut ini memberi rangsangan dengan memukulkan antenanya seraya memuntahkan sedikit makanan yang ditemukan tadi ke mulut rekannya itu.
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Semut telah menguasai hampir seluruh bagian tanah di Bumi. Hanya di beberapa tempat seperti di Islandia,Greenland dan Hawaii, mereka tidak menguasai daerah tesebut. Di saat jumlah mereka bertambah, mereka dapat membentuk sekitar 15 – 20% jumlah biomassa hewan-hewan besar. Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan (haploid). Semut are holometabolism, yaitu tumbuh melalui metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa sebelum mereka menjadi dewasa.
     jika kalian ingin mendapat seputar ilmu pengetahuan dan game online dan game offline disini tempatnya
      SUJU INC........                   

1 komentar:

  1. Casino: Play online roulette - Dr.MCD
    Online Roulette is a 전라남도 출장마사지 casino 강릉 출장마사지 game 경상북도 출장샵 that 안동 출장안마 combines the thrill of casino gambling with the thrill of winning a prize. This game is a casino game that 의왕 출장안마 combines the thrill

    BalasHapus